Peristiwa 

Azhari Raih Anugerah Seni Aceh

Sastrawan muda Aceh, Azhari, meraih penghargaan seni Aceh dari Pemerintah Aceh. Penyerahan itu dilakukan di di Taman Sulthanah Safiatuddin Banda Aceh, 12 Agustus 2014. Ia menerima hadiah seni bersama 5 seniman lain seperti Iswadi (Pelukis), Junaidi Bantasyam (Teater), Alm. Djafar Ismail (seni Tari), Alm M Yusuf Makmur (Musik),dan Arief Andika (Seni Rupa). Acara itu menandai peringatan Hari Kesenian Daerah. Acara berlangsung hingga 15 November 2014 yang diwarnai dengan pementasan seni dan budaya dari 23 kabupaten/kota di-Aceh. Menurut Kepala Dinas Kebudayaan dan Parawisata Aceh, Reza Fahlevi, sampai 2013, sudah 40 seniman…

Read More
Esai 

Konstelasi Sastra Aceh

— Melihat Perkembangan Sastra Aceh Lebih Dekat) Oleh: D. Kemalawati | Penyair 1. Sekilas Perkembangan Sastra di Aceh Membicarakan sastra di Aceh, tentu memerlukan uraian yang sangat panjang. Karena daerah ini telah memainkan peranan penting dalam sejarah, agama dan budaya di Nusantara setidak-tidaknya sejak akhir abad ke-14 terutama abad ke-16 dan 17. Terutama dalam bentuk sastra sufi (tasawuf)—salah genre sastra Melayu dalam tahap awal—yang harus diingat adalah sastra Melayu yang lahir di Aceh adalah ibu sastra modern Nusantara (dalam sekop kecil Indonesia). Kalau ada sejarah yang berpendapat lain, dapat dikatakan…

Read More
Esai 

Sajak Aceh, Syair Sejarah Aceh

OLEH: Umi Kulsum (Litbang Kompas) | Sajak atau puisi dikenal oleh dunia mana pun sebagai ungkapan pikiran dan perasaan penulisnya berdasarkan pergulatan dalam hidupnya. Maka, sajak niscaya dianggap dapat merepresentasikan masyarakat pemiliknya, paling tidak mewakili pandangan si penyair. Penulis dan pengamat sastra Faruk HT melihat bahwa seni atau sastra adalah sebuah pandangan. Sikap, aktivitas, dan kreativitasnya tidak dibangun atas dasar keperluan umum, kepentingan universal, dan tidak langsung, melainkan atas dasar persentuhan dengan kenyataan yang langsung, unik, dan partikular.

Read More
Agenda 

“Secangkir Kopi Gayo” Tampil di Jakarta

Penyair Aceh dan sejumlah seniman lainnya memprosikan kopi Arabika dari Gayo di Galeri Indonesia Kaya, Grand Indonesia, West Mall Lantai 8, Jalan MH Thamrin No.1 Jakarta, Kamis, 14 Agustus 2014, pukul 16.00 – 17.00. Acara itu diberi tajuk “Secangkir Kopi Gayo”. Berikut informazi langkapnya yang kami kutip dari kompas,com.

Read More
Sosok 

Do Karim

Oleh: Sudirman | Pegawai pada Balai Pelestarian Nilai Budaya Aceh-Sumut. Aceh sebagai daerah yang pernah menjadi pusat peradaban di Asia Tenggara banyak melahirkan berbagai ilmuan, ulamawan, dan sastrawan. Salah seorang di antaranya adalah Abdul Karim atau yang lebih dikenal dengan Do Karim. Ia telah membesarkan nama Aceh melalui hasil karyanya di bidang sastra. Teuku Ibrahim Alfian menyebutkan, Do Karim berasal dari Keutapang Dua, Mukim VI, Sagi XXV Mukim, Aceh Besar.

Read More

Hikayat Cicem Geureuda

POLEM: Assalamualaikum. Baru saya dapat tadi hikayat droeneuh nyang berjudul Hikayat Cicem Geureuda, nyang Apa Kaoy tulis tanggal tanggal 25 Febuari 2013. Tadi bagus seukali dibaca oleh si Agam saya. APA KAOY: Bawa kemari. Ka hek lon mita, untong na bak droeneuh mantong.

Read More
Rangkang 

UUPA, Ibarat Leumo Meutaloe Idong

OLEH: M Yusuf Bombang | @MYBombang | POLEM: Saya ada sebuah hiem. Saboh pot-pot dua peh-peh // Peut boh pha dua cungkeh. Apa jawabannya? Hahaha… APA KAOY: Itu hiem nyang sering Polem dengar dari saya. Jawabannya, leumo. POLEM: Hahaha, beutoi. Leumo atawa seujenisnya. APA KAOY: Karena itu saya jadi teringat tentang Undang-Undang Pomeurintah Aceh (UUPA). POLEM: Apa hubungannya leumo deungon UUPA? APA KAOY: Mana bisa jalan seuperti nyang kita harapkan kalau UUPA itu masih lagee ibarat leumo meutaloe idong. POLEM: Bagaimana pula itu maksudnya?

Read More
Sosok 

AA Manggeng, Yang Hilang di Musim Badai

Nama aslinya Asnawi Aida. Namun, di kalangan seniman, ia lebih dikenal dengan nama AA Manggeng. Ia adalah penyair, aktor teater sekaligus sutradara panggung. Ia lahir di Manggeng, Aceh Selatan, pada 10 Februari 1964 dan .meninggal di Banda Aceh pada 27 Maret 2010. Berpendidikan SPK spesialis jiwa, Bogor (1988), ia mengabdi di Rumah Sakit Jiwa Banda Aceh.

Read More
Puisi 

Waktu Dini Hari Hingga Malam Jingga Deny Pasla

Deny Pasla salah seorang penyair penting di Aceh. Ia memilih arus puitikal berbeda dengan banyak penyair di Aceh seangkatannya yang cenderung “meledak-ledak” dan “frontal” dalam menyampaikan sikap dan kesaksiannya. Sajak-sajak Deny lebih lembut, lebih kontemplatif, bahkan cenderung romantik. Namun itu semua tanpa meninggalkan daya dorongnya untuk menyikapi beragam persoalan di Tanah Rendong.

Read More
Rangkang 

Tabek Benderaaaaa…, Grak!

OLEH: M Yusuf Bombang | @MYBombang | POLEM : Hai, Gam. Nyoe bendera ka lheuh ta peu-ek. Kemaren dan barusan sudah ayah ajarin. Mulai seukarang dan seulanjutnya kamu haros bisa menjadi Keumandan upacara peu-ek bendera. Ka hei ma keuh keunoe, jeut sama-sama ta tabek bendera. SI AGAM : Maaaak…, geu hei le ayah, jak tabek bendera. DA BULEUN : O…, tabek bendera? Kalau soal tabek bendera Mamakmu ini memang hawa ka trep. Bah meunan kuwah-kuwah pliek keudeh, eunteuk lon taguen keulai. Meujak tabek bendera ilee.

Read More