Cerpen 

Alina

CERPEN: SAIFUL BAHRI. Adalah Puisi Perjalanan Kubur Sutardji Calzoum Bachri berawal kisah ini. Untuk kuburmu Alina aku menggali-gali dalam diri raja dalam darah mengaliri sungai-sungai mengibarkan bendera hitam menyeka matahari membujuk bulan teguk tangismu Alina

Read More
Cerpen 

Hari hari Aina

Cerpen | Zuliana Ibrahim | Saban hari, waktu seakan kian mencekik Aina. Ia kerap kehilangan lolongan anjing di kala malam atau kehilangan lembab udara di waktu pagi. Rona wajahnya pucat buah pir. Ia memilih duduk dekat daun jendela, sendiri.

Read More
Cerpen 

Di Mulut Lorong

Cerpen: Hasyim KS | Lelaki kelahiran Lhok Paoh, Tapaktuan, Aceh, 21 Juli 1940 ini adalah salah seorang sastrawan terkemuka dari Aceh. Ia penyair, cerpenis, novelis, juga dramawan. Selain berkesenian, ia dikenal sebagai wartawan dan editor budaya yang mendorong lahirnya banyak sastrawan muda. Terakhir, sebelum meninggal pada 13 Januari 2004, ia bekerja sebagai redaktur budaya di Harian Serambi Indonesia.

Read More
Cerpen 

Presiden Itu Sudah Tua

Cerpen : Saiful Bahri | @abanggarang Kala penanggalan Masehi merujuk pada 8-8-1988 di Meunasah Tuha taman itu kau pernah bergumam : tubuhku boleh luruh, cintaku tak pernah luluh. Maka sejak itu mulailah kau kukagumi. Mulailah kau cecar aku dengan petuah-petuah syair berseling getah latah hikayat-hikayat mirismu. Mulailah kau jungkirbalikkan aku dalam kepungan kata dan cerita derita bangsa. Larutlah aku dalammu!

Read More
Cerpen 

Ramadan yang Suram

Cerpen: Musmarwan Abdullah | @Musmarwan_Abd … OH, kami minta maaf,” kata tentara itu. “Kalau dia memang teman karib Anda, kami minta maaf,” sambung dia sambil memeluk senjata otomatis laras panjang di pangkuannya. “Dia memang target “A-Satu” kami. Saya benar-benar minta maaf. Dia benar-benar target “A-Satu” kami di kecamatan ini. Oh, saya benar-benar minta maaf.” “Tidak apa-apa,” jawabku seraya mengalihkan pandang dari wajahnya ke gelas kopi di depan kami. “Kami kawan sekelas,” sambungku. “Malah sebangku waktu SMP. Hanya sampai kelas dua. Dia menghilang sebelum kami sampai di kelas tiga. Beberapa tahun…

Read More
Cerpen 

Loria dan Sepatu Tua

Cerpen: Karya Nazar Shah Alam | @Pengkoisme | KISAH ini telah disampaikan berulang kali dan turun temurun oleh puak tukang hikayat di Teluk Baraday. Namun kepada kami barulah diperdengarkan oleh seorang pedagang bernama Lah Sulet pada malam pertama Ramadhan. Kami kebetulan singgah sembari melihat-lihat apa yang bisa dicuri dari Kota Labuhan ini. Persekongkolan Mujair mengeriap di sekeliling Lah Sulet segera setelah dia membuka kisahnya. Di langit, saat kisah ini diceritakan, bintang-bintang tersebar serupa ratusan manik di selendang penari. Anak bulan tampak seperti garis tipis melengkung sehingga tak kuasa memberi sedikit…

Read More