Surat Si Dara Untuk Pak JK
OLEH: M.YUSUF BOMBANG |
APA KAOY: Hei, Dolah. Kopi untuk saya seuperti biasa, cepat dan enak. Polem sudah datang?
DOLAH: Sudah. Itu dia duduk di tempat biasa, sedang membaca surat cinta.
APA KAOY: Assalamualaikum, Polem. Bakbudik, memang tak meleset seuperti kata peupatah idroeneuh Polem, “Tua-tua keuladi, makin tua makin meunjadi”. Sudah hampir punya cucu masih bermain cinta deungon si Dara lain.
POLEM: Hana meupeu peugah. Saya sangka si Dara saya sudah berani bermain cinta, maka Ini suratnya nyang saya temukan terletak di atas TV tadi saya ambil bawa ke mari untuk mengetahui isinya.
APA KAOY: Tros…, surat apa juga itu? Surat keupada siapa?
POLEM: Ternyata ini adalah surat si Dara untuk Pak Jusuf Kalla alias Pak JK.
APA KAOY: Apa urusannya si Dara Polem nyang masih pelajar SMA itu mau mengirim surat kepada Pak JK, Wakil Presiden RI ?
POLEM: Ini menyangkut soal pengungsi Rohingya. Coba Apa Kaoy dengar baik-baik, biar saya baca seluruhnya:
Kepada yang saya hormati Bapak Jusuf Kalla, Wakil Presiden kami yang tercinta.
Setelah saya membaca berita di suatu media yang judulnya, “JK: TNI Tidak Boleh Lagi Usir Pengungsi Rohingya!”, sungguh hati saya merasa terobati dan sangat terharu.
Betapa tidak, karena beberapa hari sebelumnya saya juga membaca berita bahwa Panglima TNI Jenderal Moeldoko mengatakan bahwa Pemerintah Indonesia tak akan membiarkan wilayah lautnya dimasuki kapal-kapal pengungsi Rohingya. Angkatan laut tetap melarang mereka masuk, apalagi menepi di daratan Indonesia.
Menurut Pak Moeldoko, langkah ini diambil lantaran para pengungsi ilegal ini sebab dalih bisa menimbulkan persoalan sosial. “Urus masyarakat Indonesia sendiri saja tidak mudah, jangan lagi dibebani persoalan ini,” ucap Pak Moeldoko dalam berita tersebut.
Bapak Wakil Presiden yang kami cintai, terus terang saya ungkapkan, sebagai manusia yang daerah kami sendiri pernah juga mengalami masa-masa pahit seperti di saat konflik dan tsunami dan dibantu juga oleh berbagai bangsa di dunia, tentu tidak tega melihat ribuan manusia terapung-apung merana di tengah lautan karena terusir dari negerinya sendiri. Bagaimana mungkin mereka bisa melengkapi dokomen-dokomennya untuk lari ke negeri kita dari kejaran maut oleh para Buddha ortodok itu di negerinya.
Terus terang, saya sebagai orang Aceh menyambut baik sikap Bapak terhadap manusia para pengungsi dari Rohingya untuk istirahat sementara di negeri kita. Jangan ragu akan terbebani negara dengan kehadiran meraka. Kita yakin Alllah Maha pengasih dan penyayang akan memudahkan kita untuk membantu mereka, orang-orang yang sedang teraniaya. Apalagi kami orang Aceh memang terlalu sering mengadakan kenduri ini dan itu sepanjang tahun, tentu akan lebih baik memberi kenduri untuk mereka yang memang sedang sangat membutuhkan berbagai dukungan dan segala bentuk bantuan dari siapapun kita yang ada kemudahan.
Demikian surat rasa haru ini saya sampaikan ke hadapan Bapak yang kami muliakan. Wassalam dari seorang Dara, pelajar di Aceh.
APA KAOY: Bakbudik, benar-benar terharu saya mendengar suratnya si Dara Polem.[]