Peristiwa 

Melihat Gerhana Matahari, Ada yang Bawa …..

Semarak gerhana matahari total alias GMT pada Rabu, 9 Maret 2016 luar biasa. Di Indonesia, dari Jakarta hingga ke berbagai daerah, warga ramai-ramai tak melewatkan momentum langka itu. Mereka menggunakan apa saja agar bisa melihat GMT. “Saya memang sengaja bawa film rontgen dari rumah,” kata Agatha seperti dikutip BBC Indonesia.

Ia bersama empat kawannya bersepeda dan menepi di kawasan Bunderah Hotel Indonesia untuk menyaksikan gerhana. Setelah memarkirkan sepeda, ia mengeluarkan foto rontgen dari dalam tasnya. Ia punya ide memakai film hasil rontgen itu setelah mendapatkan informasi dari internet. “Untung saya bawa, karena kacamata hitam aja nggak cukup. Akhirnya foto rontgen saya banyak dipinjam orang di sini, saya kan malu, soalnya itu rontgen gigi saya, banyak bolongnya.”

Tak hanya menyaksikan, mereka juga berburu foto gerhana. Bahkan, ada beberapa orang yang sibuk mengabadikan momen tersebut melalui pantulan matahari di sebuah tugu di kawasan Bundaran Hotel Indonesia.

Antusiasme masyarakat dalam menyaksikan Gerhana Matahari Total juga dirasakan wartawan BBC Indonesia, Ging Ginanjar, di Pantai Olivier, di Belitung Timur. Menurut dia, ada sekitar 200 orang yang datang ke pantai tersebut. Sebagian besar adalah masyarakat lokal. Namun ada pula turis dari Jakarta dan mancanegara. Salah satunya Wilma dari Belanda.

Wilma adalah pemburu gerhana sejati. Betapa tidak, ia telah menyaksikan fenomena alam itu sebanyak lima kali di berbagai negara. “Saat gerhana berlangsung, khalayak bersorak dan langsung diam seketika karena takjub. Saya bisa mendengar orang-orang berkata, ‘Wow’. Lalu ketika gerhana total usai, orang-orang bertepuk tangan pelan,” ujar Wilma.

Sementara itu di Kota Ambon, warga berbondong-bondong ke Lapangan Merdeka. Mereka antre menggunakan teleskop khusus yang disediakan organisasi pendidikan Heka Leka secara gratis. “Luar biasa. Antusiasme warga Ambon sangat tinggi dalam melihat gerhana matahari,” ujar Stanley Ferdinandus, pendiri Heka Leka.

Namun, tidak semua masyarakat menyambut gerhana dengan hingar-bingar. Di Jakarta, sejumlah warga melaksanakan salat gerhana di berbagai masjid, seperti Masjid Baitul Huda di Kebon Kacang, Jakarta Pusat. “Ramai di sini. Ini karena jarang-jarang kali ya, peristiwanya,” kata salah satu jemaah, Rafki Hidayat.

Adapun di Bali, umat Hindu tengah memperingari Hari Raya Nyepi sehingga ke luar rumah untuk menyaksikan gerhana. Namun umat muslim di Bali tetap dapat melaksanakan salat gerhana di masjid terdekat. “Kami tetap bisa beribadah ke masjid dikawal pecalang,” ujar Wim. [R | BBC.COM]

Berita Terkait

Leave a Comment