Ultah ke-80 Sastrawan Rusli Marzuki Saria, Apa Saja Acaranya?
PADANG – Puncak Perayaan Ulang Tahun Penyair “Papa” Rusli Marzuki Saria ke-80 yang digelar di Auditorium Gubernuran Sumatera Barat, Sabtu (27/2), berjalan lancar dan sukses. Acara dihadiri para sastrawan, penyair, wartawan dari berbagai media. “Saya kecewa dengan ketidakhadiran Gubernur Sumatera Barat pada acara ini, padahal acara sengaja kami gelar di Auditorium Gubernuran agar sastra dekat dengan lingkungan pemerintahan,” kata Dra. H. Sastri Yunizarti Bakry, Akt, MSi, CA, Ketua Pelaksana perayaan ini yang juga seorang novelis.
Acara perayaan yang diikuti 150-an undangan tersebut menghadirkan Prof. Dr. Harris Effendi Thahar, M.Pd, Guru Besar Ilmu Sastra di FBS Universitas Negeri Padang, dan Dr. Ivan Adilla dari Unand sebagai pembicara. “Sastra itu dimulai dari kekosongan, ia menempuh jalan yang sunyi, tanpa ada yang peduli,” kata Harris di saat menyampaikan materinya.
Sementara Ivan Adilla menyorot produktivitas Papa yang terus melahirkan sajak-sajaknya, meski menerbitkan sendiri buku-bukunya. Diketahui bahwa menerbitkan sendiri buku membuhkan uang yang banyak dan itu dilakukan Papa Rusli. “Sebenarnya apa yang dicari RMS—Rusli Marzuki Saria— sebab menerbitkan buku sendiri membutuhkan modal yang besar. Kesimpulan saya, RMS tidak mencari keuntungan dari buku-bukunya, tetapi ia punya semangat berbagi, memberikan manfaat kepada banyak orang lewat karya-karyanya,” ujar Ivan Adilla.
Beberapa pelajar dari sejumlah sekolah di Sumatera Barat, seperti SMA Negeri 4 Bukittinggi dan SMA Negeri 3 Padang, diutus oleh kepala sekolahnya untuk ikut menghadiri acara perayaan ini, didampingi oleh gurunya.
“Saya tidak percaya dengan hasil survey yang mengatakan hanya satu dalam seribu orang Indonesia suka membaca. Saya sering ke toko buku, di sana sangat banyak saya melihat orang yang juga dari generasi muda masih sangat gemar membaca,” kata Papa Rusli Marzuki Saria.
“Papa Rusli Marzuki Saria adalah katalisator sastrawan di Sumatera Barat, yang banyak mendidik para sastrawan muda dari dulunya. Dan Sumatera Barat adalah satu-satunya propinsi di luar Pulau Jawa yang berpengaruh pada dunia kesusastraan Indonesia. Rata-rata para sastrawan senior Sumatera Barat saat ini adalah didikan Papa RMS,” kata Dr. Ivan Adilla lagi.
Acara kian meriah saat penampilan musikalisasi puisi Sumbar Talenta, dan Penyair Sumatera Barat, Pinto Janir, serta diikuti pembacaan puisi Muhammad Fadhli dan Denni Meilizon dari Forum Aktif Menulis (FAM) Wilayah Sumatera Barat, Lail Khair Er-rasyid yang tergabung dalam alumni sastra UNAND, Alizar Tanjung dari Komunitas Rumah Kayu dan beberapa pembaca puisi lainnya yang sengaja ditampilkan sebagai bentuk kado ulang tahun ke-80 Papa Rusli Marzuki Saria.
Bersamaan dengan Perayaan 80 Tahun papa Rusli Marzuki Saria juga diluncurkan buku antologi puisi ‘Monumen Safari’ karya Chairul Harun, Rusli Marzuki Saria, Leon Agusta dan Zaidin Bakry. DR. Free Hearty selaku penanggung jawab acara menjelaskan tujuan dari penyelenggaraan perayaan ini;
Menurut dia, acara itu hendak menyampaikan bahwa kepenyairan seorang manusia tidak bisa diukur dari usia saja. Ada proses panjang, ada keseriusan ada konflik pemikiran tentang semesta dan harapan, ada kepedulian terhadap relasi sosial, fenomena manusia dan alam. “Lalu ada pengendapan yang menggaram untuk sampai pada taraf seperti Papa Rusli Marzuki Saria di usia 80 ini yang masih tetap kreatif,” ujar Free.
Dan itu, Free melanjutkan, diekspresikan dalam kata-kata yang matang, kritis dan bernas. Jadi tidak instan dan jangan cepat bangga dengan apa yang sudah dicapai. “Rendah hati dan tetap kritis yang arif, seperti papa Rusli Marzuki Saria, itulah yang harus dipahami, dipelajari dan dimaknai oleh penulis-penulis muda,” tutur Free yang mengurus penerbitan buku Monumen Safari.
Rusli Marzuki Saria secara khusus memberi pesan kepada Muhammad Fadhli, anggota FAM Wilayah Sumatera Barat yang juga panitia acara itu, untuk disampaikan kepada penulis muda; “Berkaryalah untuk diri sendiri. Jika kau berkarya untuk orang lain, jangan pernah sekali-kali bermimpi untuk diakui sebagai seorang sastrawan.” [MUHAMMAD FADHLI]
Foto.
Foto papa Rusli Marzuki Saria secara simbolik menerima buku antologi puisi Monumen Safari dari DR. Free Hearty, didampingi Dra. H. Sastri Yunizarti Bakry, Akt, MSi, CA. (Foto: Mohardo.)