Sosok 

Perjuangan Yanti untuk Harimau Sumatera

Foto perempuan yang sedang membawa harimau dalam sebuah sampan itu banyak mendapatkan komentar di sosial media, akhir Desember lalu. Bagaimana tidak, perempuan itu tampak tidak takut bahkan mengelus-elus si raja hutan yang terkenal ganas itu. Dialah dokter hewan Erni Suyanti Musabine atau yang akrab disapa Yanti.

Yanti, petugas di Balan Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSAD) Bengkulu ini, memang sudah sering menyelamatkan harimau di Sumatera. Terutama harimau yang sakit atau harus dioperasi. Boleh dibilang itulah keahliannya perempuan Nganjuk, Jawa Timur, 14 September 1975 ini.
Bagaimana Yanti memulai petualangannya bersama harimua sumatera? Dalam blog pribadinya, Yanti berkisah. “Saya diminta untuk rescue harimau terjerat di sebuah perkebunan karet dan kakao PT. Mercu Buana yang berlokasi di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu Utara. Itu adalah pengalaman saya untuk pertama kalinya menangani harimau sumatera,” katanya. Itu terjadi pada 2007 silam.
Saat itu Yanti hanya memiliki obat bius, yakni Xylazine 2% dan Ketamine 10% saja. Peralatan lainnya yang dibutuhkan untuk rescue satwa liar tidak punya dan institusi tempatnya bekerja, yaitu BKSDA Bengkulu pun tidak punya, seperti blowpipe, blow syringe, blow needle, obat-obatan emergency seperti antidote, diazepam, doxapram, epinephrine, antibiotic, meloxicam, dan lain-lain.
Dan tidak memungkinkan lagi untuk mencari kekurangan peralatan dan obat-obatan dalam setiap rescue harimau secara mendadak, karena akan mengakibatkan harimau hilang diambil pemburu sebelum tim rescue sampai ke lokasi.
Dalam perjalanan Yanti meminta kawan-kawan untuk membantu membuat imitasi blowsyringe, needle dan blow pipe dari pipa paralon. Dan yang didapatkan dari toko pun tidak sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan.
Masyarakat, polisi dan karyawan terus mendesak untuk cepat melakukan pembiusan sebelum jerat putus. Semua orang yang ada dibelakangnya sudah berada di atas pohon karet untuk menyelamatkan diri. Dan tinggalah Yanti ditemani oleh seorang tentara dari koramil Ketahun dan polisi kehutanan berada dibawah dan diguyur hujan deras.
Mereka menyumpit bergantian, tetapi lagi-lagi tidak berhasil karena pipa paralon yang dipakai diameternya terlalu lebar dan blowsyringe bocor. Lagi-lagi mereka yang menonton kami dan berada di tempat aman hanya bisa berteriak agar saya cepat melakukan pembiusan.
“ Lalu, saya meminta tentara tersebut untuk melindungi saya dari belakang, saya mengatakan, saya akan suntik bius harimau itu pakai tangan saja”.
Mereka tampak heran dengan ucapan saya. Beberapa orang saya minta untuk berada di depan harimau untuk mengalihkan perhatian agar fokus kepada mereka, kemudian saya bersama seorang tentara mengendap-endap dari belakang harimau tersebut, dengan gerakan cepat saya berhasil menyuntikan obat bius ke bagian pantatnya, dan langsung menyelamatkan diri sesaat setelah harimau tersebut menoleh ke arahku untuk siap menyerang. Akhirnya harimau yang kami beri nama Putri Buana itupun berhasil diselamatkan dari jerat pemburu.

Berita Terkait

Leave a Comment