Mal di Jakarta Belum Jenuh
Maraknya pembangunan mal di Jakarta belum jenuh, sebab masih banyak wilayah-wilayah di ibu kota yang belum ada malnya, seperti Klender, Jakarta Timur.
Menurut Ketua Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Handaka Santosa, saat ini di Jakarta ada 80 mal. Sementara jumlah populasi Indonesia mencapai 250 juta. “Bandingkan dengan China, yang akan membangun 10 ribu mal lagi. Jepang saja punya 3000 mal,” katanya dalam acara jumpa pers dalam rangka rakernas APPBI III di Hotel Mulia, Senayan, Jakarta, Senin (18/01).
Sementara soal moratorium mal yang sempat digembar-gemborkan beberapa tahun lalu, kata Handaka, sampai saat ini belum ada bentuk konkritnya. “Tidak ada Perdanya, tidak ada aturannya,” jelas Handaka.
Menurut Handaka, keberadaan mal bukan sebagai pusat konsumerisma, tapi tempat belanja yang menyerap tenaga kerja. Mal yang ada sekarang memakan luas sampai 11 juta meter persegi dan menyerap 400 ribu tenaga kerja.
Tantangan ke depan
Tantangan mal dan pusat perbelanjaan dalam beberapa tahun mendatang adalah persaingan dengan e-commerce. Pertumbuhan e-commerce akan membuat tingkat kunjungan ke mal berkurang. Karena itu, mal akan berinovasi menjadi pusat entertainment dan menawarkan “experience” dalam berbelanja. ” Misalnya, untuk salon, layanan pedicure dan medikucer kan tidak bisa lewat online,” katanya.
Nah, di masa datang mal akan berinovasi menjadi meeting point, tempat orang berkumpul dan janjian. Dan memberikan layanan yang tidak ada dalam dunia e-commerce. [R]