Budaya 

Tradisi Maulid Nabi di Negeri Syariat

Rentak tubuh puluhan remaja menganyun ke kiri dan kanan di bawah meunasah (Surau) Keude Krueng Geukuh, Kecamatan Dewantara, Aceh Utara, Sabtu (3/12). Hal yang sama terlihat di Desa Blang Cut, Kecamatan Sawang, Aceh Utara.

Mereka duduk bersila dalam dua kelompok saling berhadapan. Koreografi ditata seapik mungkin. Itulah kelompok dike (zikir). Di mulut mereka terucap zikir. Di bagian lain, panitia sibuk mengatur makanan dan minuman untuk para pengunjung.

Pengunjung itu diundang dari beberapa desa tetangga. Saling undang itu berlangsung sampai Maulid berakhir. Sehingga, tidak heran, pelaksanaan Maulid di Aceh tidak serentak.

Umumnya, masyarakat Aceh memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW tersebut. Sepanjang tiga bulan, sejak Rabiul Awal, Rabiul Akhir, sampai bulan Jumadil Awal berlangsung perayaan Maulid di Aceh.

“Masyarakat Aceh menyebutnya Maulid pertama, kedua sampai ketiga,” sebut warga Kota Lhokseumawe, Irmansjah kepada Aktual.co.

Seiring perkembangan waktu, tradisi Maulid pun mulai berubah. Jika di era 90-an, seluruh masyarakat menyiapkan bu kullah (membungkus nasi dalam daun, red), lalu meletakkannya ke dalam dalong (tempat meletakkan makanan tradisional Aceh), kini mulai berubah.

Sebagian masyarakat membawa nasi dalam kotak kertas yang dijual di sejumlah toko makanan. Lalu membawanya ke meunasah atau Masjid tempat acara Maulid digelar.

“Kalau di kampung kami, ada yang masih membawa dalam dalong, ada yang membawa dalam rantang, ada juga yang membawa dalam kotak nasinya,” ujar Mustafa Kamal Pasya, warga Sawang, Aceh Utara.

Sementara itu, di Kecamatan Pirak Timu, seluruh masyarakat membawa nasi dan makanan dalam dalong. Bukan dalam rantang, lebih-lebih dalam kotak nasi. Selain nasi, juga ada ikan dan daging. Setiap Maulid juga disediakan beulukat (nasi ketan) dan pisang. Nasi ketan dan pisang ini untuk dibawa pulang ke rumah para tamu yang hadir.

Kini, tradisi Maulid terus dipertahankan. Merayakan kelahiran sang pembawa perubahan Nabi Muhammad SAW, merupakan satu keniscayaan bagi masyarakat Aceh. Sayup-sayup masih terdengar lantunan zikir dari sejumlah Surau di Aceh. Esok hari sampai tiga bulan ke depan, lantunan zikir itu terus berkumandang dari surau dan Masjid di provinsi yang menerapkan pelaksanaan syariat itu. Dike maulid salah satu tradisi yang mempesona dari Aceh. [MASRIADI SAMBO]

SUMBER:
http://www.aktual.co/jalanjajan/melihat-tradisi-maulid-nabi-di-negeri-syariat
Sabtu, 03-01-2015 16:15

Berita Terkait

Leave a Comment